Minggu, 15 Mei 2011

Elegi begenggek

air mata itu mengalir di sudut stasiun
setelah lewati malam panjang
indah bagi mereka nista baginya
jengah dengan apa adanya
namun, tetap jalani kenistaan itu


dosa kini sudah tak dikenal
kemurkaan alam hanya dianggap kejadian yang tiba-tiba
dan sementara


baginya hari tiada pagi
malam yang panjang dan penuh pria sejati
pria-pria tak punya harga diri
sebenarnya siapa yang nista kali ini?
begenggek-begenggek itu hanya niat pertahankan diri
dan mereka yang datang silih berganti
hanya bisa tinggalkan luka abadi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar